Selamat datang kepada pembaca di Blog Aggregator ADK UMY.

Bagi ADKers yang mau daftarin blognya, silahkan japri via imel ke akashiroo@gmail.com.

Terima kasih.
Admin.


5 Kunci Sukses Diri & Organisasi

Jum'at dan sabtu (12-13/11) pekan kemarin atas ijin Allah, saya berkenan hadir dalam sebuah pelatihan. Dan, dalam kesempatan ini, saya tidak akan menjelaskan apa dan bagaimana pelatihan tersebut. Saya justeru ingin berbagi tentang sejumlah coretan yang saya buat seiring pelatihan itu.
Coretan-coretan ini, walau kadang berhubungan dengan materi pelatihan, namun sesungguhnya bukan sepenuhnya catatan atas isi pelatihan itu. Malah, beberapa bagian pelatihan yang dilakukan, justeru mengoreksi sejumlah catatan saya yang lain, yang pernah dibuat sebelumnya.



1. Kapasitas
Dalam "hukum besi organisasi", dikenal sebuah fase yang dinamakan breaktrough. Sebuah kondisi layaknya elang yang sampai di usia 40 tahun. Ia harus memilih. Menjadi mati perlahan-lahan atau harus merasakan sakit luar biasa untuk kemudian "meremaja" kembali.
Dalam rentang perjalanan sebuah organisasi, pasti suatu saat akan bertemu dengan fase breaktrough tadi. Dalam fase ini, bukan saja organisasi akan "menghitung" dengan seksama sejumlah langkah yang telah dilakukannya, ia juga akan sampai pada sebuah titik pertanyaan penting, "orang seperti apa yang layak akan bersamanya, di masa yang akan datang.
Nah, di moment inilah, persoalan kapasitas sdm yang ada menjadi amat penting. Organisasi yang ada, bisa saja menempuh cara yang tidak populis dan bahkan mungkin menyakitkan secara internal. Pilihan tadi yang dilakukan untuk "meremajakan" kembali organisasi sesungguhnya bagi sdm internal di organisasi bukanlah suatu ancaman, apalagi dimaknai sebagai sebuah ekspresi keputusasaan. Tindakan ini sesuatu yang wajar dan logis apalagi bila dilakukan secara terukur, cermat dan berorientasi ke masa depan. Yang justeru harus dijadikan catatan adalah bagaimana seluruh sdm yang ada memiliki kesadaran yang penuh untuk setiap saat menambah dan meningkatkan kapasitasnya masing-masing.
Contoh yang mewakili kapasitas ini sepertinya terwakili ketika kita melihat sosok tukul arwana. Awalnya, tidak sedikit orang yang meremehkan tukul saat ia akan memandu sebuah talk show di salah satu tv yang ada. Dari wajah, latar belakang (fortopolio) serta dari sejumlah kriteria apapun sepertinya tidak terpenuhi. Namun, diluar dugaan banyak orang, tukul membuktikan bahwa dirinya ternyata punya kelas dan kapasitas yang berbeda. Ia menunjukan hasil "metamorfosis"nya dari ulat yang gendut dan menyeramkan menjadi kupu-kupu indah yang cantik. Apa yang tukul lakukan?, ia diam-diam mati-matian mempersiapkan dirinya secara sistematis untuk tampil menjadi yang terbaik. Ia juga rela mengeluarkan banyak dana dan berkorban waktu untuk belajar banyak hal, termasuk bahasa inggris secara rutin, demi memperbaiki seluruh kapasitas dirinya. Wajar kemudian tukul yang "alumni sopir angkot" kini menjadi selebriti baru di dunia entertainment indonesia.

2. Loyalitas
Berbicara tentang loyalitas, ternyata tidak bisa sepenuhnya terpisah dari kapasitas. Coretan sebelumnya yang mempertentangkan antara kapasitas dan loyalitas, sepertinya perlu diberikan catatan tambahan. Loyalitas yang tinggi, yang diberikan seseorang pada sebuah organisasi atau lembaga bila tidak seimbang dengan kapasitasnya, justeru hanya akan membebani organisasi. Sebaliknya, bila seseorang datang pada sebuah organisasi dan kemudian bergabung di dalamnya, namun tanpa ada loyalitas, maka yang terjadi barangkali suasana transaksional dan hampa dari sebuah esensi suasana kebersamaan. Dengan demikian, keduanya (loyalitas dan kapasitas)harus ada secara bersamaan dan berada dalam proporsi yang seimbang, sehingga ibarat tanaman ia harus tumbuh dan berkembang. Kapasitas yang semakin tinggi dan besar (laksana pohon) harus seiring dengan akar (perumpamaan loyalitas) yang dalam dan kuat.
Loyalitas juga menjadi penting dalam kerangka pengembangan organisasi. Selama ini, sejarah fragmentasi organisasi-organisasi yang besar dimulai dari menurunnya loyalitas. Dan saat yang sama berkembang pula ketidakpercayaan terhadap sistem dan kendali organisasi yang ada. Muncullah kemudian disobidient (pembangkangan) secara sedikit demi sedikit, umumnya di mulai dari persoalan perasaan, kemudian akhirnya sampai pada sebuah tindakan nyata.
Dalam konteks loyalitas ini, sepertinya kita perlu menengok sosok panglima besar jenderal sudirman. Loyalitas yang ia tunjukan pada bangsa ini sungguh luar biasa. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ia miliki, ia tunjukkan bagaimana ia mengabdi pada tanah tumpah darahnya. Ia sadar, tubuhnya ringkih dalam melangkah, paru-parunya tinggal sebelah, dan medan yang ia tempuh juga bukan medan yang mudah. Namun semua itu, tidak membuat ia bertekuk lutut dan menyerah, ia malah mengubah pandangan dunia, bahwa indonesia belum kalah, sukarno-hata boleh ditawan dan menyerah, namun jiwa-jiwa merdeka negeri ini belum mengaku kalah. Walau bermodal bambu runcing dan teriakan Allahu Akbar, belanda akhirnya mengaku kalah.

3. Kreatifitas
Kreatifitas dalam sebuah organisasi menjadi penting artinya. Apalagi saat yang sama tumbuh dan berkembang organisasi sejenis yang ada. Kreatifitas juga menjadi salah satu kunci utama dalam "membedakan diri" di tengah kerumunan yang terjadi. Dengan kreatifitas, kunci kesuksesan dan kemajuan organisasi dengan mudah akan diraih.
Berbicara tentang kreatifitas ini, kita misalnya tidak bisa menutup mata pada sejarah panjang teh botol sosro. Awalnya, siapa yang menyangka minuman teh yang sangat sederhana (hanya terdiri dari teh dan gula yang diseduh dengan air putih yang panas), yang siapapun bisa membuat sendiri tanpa perlu keterampilan khusus akhirnya bisa dipabrikasi secara besar-besaran. Yang luar biasa, malah coco-cola harus bertekuk lutut menghadapi dominasi air teh asli produk indonesia ini ketika ia dengan keinginan yang sama ingin masuk ke ranah minuman sejenis.

4. Sinergi
Sinergi, ibarat semen dalam bangunan organisasi. Ia perekat seluruh unsur yang ada. Sinergi juga yang melebur sejumlah perbedaan dalam sebuah kekuatan kebersamaan. Dengan sinergi, kelemahan dan kekurangan yang satu tertutupi dengan kelebihan yang yang lain. Sinergi ibarat harmoni, memadukan nada berbeda dalam rangkaian bunyi yang ritmis dan selaras. Masing-masing nada berdiri sendiri pada prinsifnya, namun karena disatukan laras yang sama, jadilah perpaduan suara enak yang enak di dengar.
Sinergi juga laksana taman yang indah. Keindahan taman justeru bukan berada pada jenis tanaman yang sama, ukuran yang sama serta hal-hal seragam lainnya. Taman yang indah, justeru taman yang terdiri dari tanaman yang beranekaragam, baik ukurannya, jenis tanaman, warna daun maupun bunganya.
Contoh terbaik sinergi ada pada fase Rosulullah SAW bersama sahabat-sahabat utama beliau. Saat itu, walau dalam bingkai islam yang sama, tumbuh karakter dan kepribadian yang terkadang amat kontras. Ada yang pemerani, keras dan tegas sebagaimana umar. Ada juga yang lembut dan penuh perhatian sebagaimana abu bakar dan ali. Ada juga yang sangat mahir berkalkulasi, seperti utsman yang akhirnya sukses dalam bisnisnya. Semuanya secara merdeka menjadi sosok yang berbeda dan amat independen, namun mereka semua ternyata ada dalam bingkai islam yang agung.

5. Fokus
Nah, berkaitan dengan fokus. Ini yang menjadi PR banyak organisasi yang ada. Semakin besar organisasi, semakin sulit melakukan fokus. Ada saja godaan-godaan (barangkali juga sekaligus peluang) yang mengiringi sebuah organisasi untuk bisa fokus. Padahal, kekuatan fokus adalah sebuah kekuatan luar biasa yang akan mengantarkan secara jelas arah yang hendak dituju oleh organisasi. Ibarat sinar atau cahaya, ketika sinar atau cahaya tadi menyebar kondisinya, maka kemanfaatannya hanya akan menerangi saja. Namun begitu sinar atau cahaya di fokuskan, maka bukan saja akan berfungsi menerangi, ia juga bahkan mampu menembus kerasnya benda-benda yang ada, bahkan baja sekalipun.
Dengan fokus pula seluruh kapasitas, loyalitas, kreatifitas yang terbangun dalam balutan indahnya sinergi akan menjadi kekuatan dahsyat yang bukan hanya akan dengan mudah melaju kan organisasi sampai pada tujuan yang akan dicapainya, namun organisasi ini nantinya benar-benar akan menjadi organisasi unggul yang tumbuh kembangnya sempurna. Terhindar dari friksi internal yang mengantarkan pada fragmentasi organisasi sekaligus jauh dari suasana inefisiensi dan kemubaziran dalam prosesnya. Karena dengan fokus, akan tercipta efektivitas dalam merealisasikan segenap tujuan dan cita-cita lembaga.
Demikian yang bisa disharringkan,...untuk selanjutnya bila berkenan silahkan dilanjutkan dan diteruskan dalam perspektif lain yang jauh lebih baik. Syukur bila berkenan menarik "garis hijau"nya ke dalam lingkup pekerjaan masing-masing.


Jakarta-Semarang, 12-13 November 2010
Nana Sudiana

Powered by Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU BlackBerry®
------------------------------------

Agregasi Blog ADK UMY

Modified by akashiroo_isurama (c) 2010
Not Copyrighted (C) 2011. Powered by Blogger.

Milist ADK

Tulisan Mungki Rahadian

Tulisan Nana Sudiana

nsudiana (10)